Widget HTML Atas

Wayang Golek, Mengenal Tokoh Penting dan Sejarahnya

Konten [Tampil]

 

Wayang Golek, Mengenal Tokoh Penting dan Sejarahnya

Wayang Golek, Mengenal Tokoh Penting dan Sejarahnya - Wayang Golek sebagai salah satu dari ragam kesenian wayang di indonesia yang berasal dari masyarakat Sunda. Pergelaran seni wayang golek merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang banyak di pagelarkan.

Selain berperan sebagai pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek jadi tontonan dan hiburan dalam acara tertentu. Sejak tahun 1920-an, selama pertunjukan wayang golek diiringi oleh seorang sinden.

Popularitas sinden pada saat-saat itu sangat tinggi hingga mengalahkan popularitas dalang wayang golek tersebut, khususnya saat zamannya Upit Sarimanah dan Titim Patimah sekitaran tahun 1960-an.

Wayang golek sekarang ini lebih dominan sebagai seni pertunjukan rakyat, yang mempunyai fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan warga lingkungannya, baik keperluan spiritual atau material.

Baca juga Mengapa wayang ditetapkan sebagai mahakarya dunia

Tokoh Wayang Golek

Perkembangan wayang golek pada dari era 19 hingga abad ke 20 tidak terlepas dari para Dalang yang tetap mengembangkan seni tradisional ini, satu diantaranya almarhum Ki H. Asep Sunandar Sunarya yang sudah memberi inovasi pada wayang golek supaya bisa mengikuti perkembangan zaman.

Melalui tangan terampilnya dalam memainkan wayang kayu, Asep di tanggap sampai ke luar negeri. Tidak sekali dua kali Asep Sunandar Sunarya tampil di luar negeri akan tapi berkali-kali dalang ini membawa kesenian wayang golek go internasional.

Tahun 1993, Abah Asep di undang menjadi dosen kehormatan di Institut International de La Marionnette di Charleville, Prancis. Sebagai dosen hebat selama 2 bulan dan diberi gelar profesor oleh masyarakat akademis Perancis.

Satu tahun selanjutnya, Abah Asep kembali membawa wayang golek untuk keliling Eropa. Abah diminta menampilkan pertunjukan wayang golek di wilayah benua Eropa. 1982-1985 Asep Sunandar Sunarya rekaman kaset oleh SP Record dan Wisnu Record.

1986, Asep Sunandar Sunarya mendapatkan mandat dari pemerintahan sebagai duta kesenian, untuk terbang ke Amerika Serikat. Di tahun yang serupa, 1986, Dian Record mulai merekam beberapa karya Asep Sunandar dalam bentuk kaset pita.

Di tahun 1989, Abah Asep berkunjung ke Amerika dalam rangka pertunjukan wayang golek. Tahun 1992 Abah mengikuti Festival Wayang (Teater Boneka) di Perancis.

Tahun 1994, Asep Sunandar Sunarya mulai pentas di luar negeri diantaranya di Inggris, Belanda, Swiss, Perancis, dan Belgia, kemudian, yaitu 1995, dia mendapatkan penghargaan bintang Satya Lencana Kebudayaan.

UNESCO di tanggal 7 November 2003, memutuskan Wayang sebagai Warisan Budaya Dunia sebagai karya kebudayaan yang menakjubkan.

Dalam lembaga yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, wayang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia diputuskan dalam daftar Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanitiy.

Sekarang selain sebagai bentuk teater seni pertunjukan wayang, kerajinan wayang golek sering dijadikan cindera mata oleh beberapa wisatawan. Tokoh wayang golek yang lazim jadi cindera mata benda kerajinan yaitu tokoh pasangan Rama dan Shinta, tokoh wayang populer seperti Arjuna, Srikandi, dan Kresna, dan tokoh Punakawan seperti Semar dan Cepot.

Sejarah

Sekitar tahun 1583, Sunan Kudus yang disebut salah satu penyebar agama Islam di pulau Jawa pernah membuat kurang lebih 70 buah wayang dari kayu. Wayang itu di pertontonkan pada siang dan malam hari dengan sumber cerita lokal atau imajinasi sendiri yang tentu saja penuh dengan pesan agama Islam. Sunan Kudus memakai bentuk wayang golek awal ini untuk menyebarkan Islam dalam masyarakat.

Munculnya kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di daerah pesisir utara pulau Jawa di awal era ke-17. Karena warga Jawa tengah dan Jawa Timur sudah lebih dulu mengenal wayang kulit, kedatangan wayang golek kurang begitu berkembang, karena warga disana telanjur menyukai wayang kulit.

Tetapi wayang golek Sunan Kudus itu memikat hati dari ulama atau sekurang-kurangnya santri Cirebon yang berkunjung (atau berguru) ke daerah Sunan Kudus. Pada akhirnya ide wayang golek itu dibawa ke Cirebon.

Pertunjukan wayang golek di tanah Parahyangan dimulai semenjak Kesultanan Cirebon ada di tangan Panembahan Ratu (1540-1650) cicit dari Sunan Kudus. Yang dipertunjukan waktu itu yaitu wayang cepak (atau wayang golek papak), disebutkan begitu karena mempunyai bentuk kepala yang datar.

Selanjutnya saat kekuasaan Kesultanan Cirebon dilanjutkan oleh Pangeran Girilaya (1650-1662), wayang cepak semakin terkenal di mana kisah babad dan riwayat tanah Jawa jadi inti narasi, yang tentu saja masih penuh dengan muatan agama Islam.

Lalu wayang golek dengan narasi dari epos Hindustan seperti Ramayana dan Mahabarata sama seperti yang sekarang mulai datang kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata itu kemungkinan besar pertama kali lahir dan berkembang dalam pertunjukan wayang kulit.

Sebelumnya cerita tersebut memakai bahasa Jawa. Tetapi, sesudah banyak dalang-dalang dari kalangan orang Sunda, maka bahasa Sunda mulai menggantikan pemakaian bahasa Jawa.

Perkembangan selanjutnya adalah wayang golek purwa yang tidak dapat di lepaskan dari peran Wiranata Koesoemah III (Bupati Bandung ke-6). Beliau benar-benar menggemari wayang, tapi dia menginginkan suatu pertunjukan yang makin menarik dan mempunyai nilai-nilai ke Sunda-an.

Pada akhirnya dia meminta salah seorang pengrajin wayang kulit namanya Ki Darman (pegiat wayang kulit asal Tegal) di wilayah Cibiru, Ujungberung, Bandung untuk membuat wujud wayang golek yang makin menarik dengan wujud kepala / rupa yang betul-betul menyerupai manusia. Karena itu lahirlah bentuk Wayang Golek Sunda sama seperti yang kita lihat sekarang ini.

Wayang golek semakin terkenal, tak lagi sebatas konsumsi kaum menak, tetapi warga biasa mulai menyukai wayang golek ini. Wayang golek juga makin menyebar ke seluruh penjuru Jawa Barat sesudah di bukanya De Grote Postweg (Jalan Raya Daendels) yang menghubungkan beberapa daerah di Jawa Barat.

Dari paparan di atas karena itu di tanah Parahyangan berawal ada wayang-wayang classic seperti wayang golek papak, wayang golek purwa dan wayang golek Pakuan. Wayang Golek Papak masih dipertontonkan di wilayah Cirebon, dengan cerita babad yang memakai bahasa Cirebon.

Wayang Golek Purwa, mainkan cerita Mahabharata dan Ramayana yang diadopsi dari pertunjukan wayang kulit tetapi memakai campuran bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Wayang golek pakuan, cerita yang diperlihatkan adalah kisah-kisah legenda Priangan seperti Sangkuriang, Mundinglaya Dikusumah, Lutung Kasarung dan lain-lain."Sejarah Wayang Golek". West Java Kingdom.

Demikian artikel di atas mengenai Wayang Golek, Mengenal Tokoh Penting dan Sejarahnya. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat bagi pembaca.

Tidak ada komentar untuk "Wayang Golek, Mengenal Tokoh Penting dan Sejarahnya"